Cinta Diantara Pilihan
Disebuah desa kecil hidup seorang pemuda bersama dengan keluarganya. Seorang kakak perempuan serta bapak dan ibunya. Pemuda ini tumbuh dewasa, memiliki sifat yang baik, sopan dan santun. Suatu ketika disaat dia mulai mengenal perasaan sayang dan suka dengan lawan jenis.
Saat itu pula dia menaruh hati kepada seorang gadis yang berasal dari daerah yang berbeda tetapi masih satu suku yakni bugis. Mungkin inilah yang disebut cinta pada pandangan pertama. Dengan perasaan optimis disertai dengan percaya diri yang tinggi diapun mengungkapkan perasaannya kepada sang gadis pujaan.
Sebut saja gadis itu bernama "Indah" dia seorang mahasiswi salah satu universitas terkemuka di Makassar. Saat Indah bersama dengan teman-teman KKNnya duduk di teras rumah. Pemuda itu datang bersama dengan besi tuanya (motor tua yang lahir di era tahun 70-an). Kebetulan mereka sudah saling kenal.
"Hai Indah" ucap pemuda itu.
Sambil tersenyum dia pun menjawab "Hai".
Setelah suasana sudah mulai cair mereka pun sudah semakin akrab. Saat itu pula pemuda itu mengungkap perasaannya kepada sang gadis. Sang gadis tersipu malu. di depan teman-temannya seorang laki-laki separuh baya berani mengungkap perasaannya.
Waw,,,hebat.. namun sang gadis tak menjawab, hanya membalas dengan senyuman. Pemuda itu pun balik tanpa jawaban, di wajahnya tersirat sebuah harapan yang besar jika esok pagi akan mendapatkan jawaban yang menggembirakan. Setelah pemuda itu pulang. Mereka mulai ngobrol dengan temannya.
Beberapa temannya setuju dan ada pula yang tidak setuju. Saat itu sang gadis bingung dan sulit untuk menentukan pilihan. Akhirnya, dia bertanya kepada korlap. Apa yang harus dia lakukan dan jawaban apa yang tepat untuk dia berikan. Korlapnya hanya memberi dua pilihan yang sama dengan teman-temannya.
Sebenarnya yang membuat sang gadis bingung karena secara bersamaan dia dekati oleh dua orang pemuda dengan latarbelakang yang berbeda. Pemuda pertama berasal dari keluarga konglomerat dengan fasilitas yang nyaris lengkap. Sedangkan pemuda yang kedua berasal dari keluarga yang sederhana yang berfasilitas sebuah motor tua. Dia semakin bingung, lalu mencoba untuk jalan-jalan menikmati indahnya pesisir pantai.
Duduk di tepi pantai, ditemani oleh gemuruh ombak yang bergema, sang gadis kemudian mencoba untuk mencari jawaban melalui hembusan angin yang mulai membelainya dengan nyaman. Tak begitu lama, dia dihampiri seorang kakek tua. Dia seorang pemulung yang sekaligus tukang bersih-bersih di daerah ini. "Nak, kamu kenapa, terlihat begitu bingung?" Tanya sang kakek.
Sang gadis pun menceritakan kegalauan yang menyelimutinya. Kakek tersenyum sambil menjawab" gitu aja ko' bingung nak" lanjut sang kakek kemudian memberikan wejangan kepada sang gadis. Nak, tidak perlu bingung dengan pilihan yang seperti itu. Ikuti kata hatimu, karena kata hati tak pernah salah. Kemewahan belum tentu bisa menggaransikan kebahagiaan. Kemewahan terkadang membentuk karakter yang keras, pemalas, angkuh, kurang pengertian dan tidak peka terhadap lingkungannya.
Akan tetapi sebaliknya, kesederhanaan dan keterbatasan akan membentuk karakter pejuang, pemberani, dan peka terhadap lingkungan disekitarnya. Karena itu, jangan jadikan kemewahan sebagai tolak ukur untuk menerimanya. Tetapi, lihatlah keberanian serta ketulusan hatinya. Sang gadis pun kembali dengan suasana hati yang bahagia, menemukan jawaban yang sudah pasti membuatnya bisa mengerti dan memahami pilihan yang tepat.
Saat itu pula dia menaruh hati kepada seorang gadis yang berasal dari daerah yang berbeda tetapi masih satu suku yakni bugis. Mungkin inilah yang disebut cinta pada pandangan pertama. Dengan perasaan optimis disertai dengan percaya diri yang tinggi diapun mengungkapkan perasaannya kepada sang gadis pujaan.
Sebut saja gadis itu bernama "Indah" dia seorang mahasiswi salah satu universitas terkemuka di Makassar. Saat Indah bersama dengan teman-teman KKNnya duduk di teras rumah. Pemuda itu datang bersama dengan besi tuanya (motor tua yang lahir di era tahun 70-an). Kebetulan mereka sudah saling kenal.
"Hai Indah" ucap pemuda itu.
Sambil tersenyum dia pun menjawab "Hai".
Setelah suasana sudah mulai cair mereka pun sudah semakin akrab. Saat itu pula pemuda itu mengungkap perasaannya kepada sang gadis. Sang gadis tersipu malu. di depan teman-temannya seorang laki-laki separuh baya berani mengungkap perasaannya.
Waw,,,hebat.. namun sang gadis tak menjawab, hanya membalas dengan senyuman. Pemuda itu pun balik tanpa jawaban, di wajahnya tersirat sebuah harapan yang besar jika esok pagi akan mendapatkan jawaban yang menggembirakan. Setelah pemuda itu pulang. Mereka mulai ngobrol dengan temannya.
Beberapa temannya setuju dan ada pula yang tidak setuju. Saat itu sang gadis bingung dan sulit untuk menentukan pilihan. Akhirnya, dia bertanya kepada korlap. Apa yang harus dia lakukan dan jawaban apa yang tepat untuk dia berikan. Korlapnya hanya memberi dua pilihan yang sama dengan teman-temannya.
Sebenarnya yang membuat sang gadis bingung karena secara bersamaan dia dekati oleh dua orang pemuda dengan latarbelakang yang berbeda. Pemuda pertama berasal dari keluarga konglomerat dengan fasilitas yang nyaris lengkap. Sedangkan pemuda yang kedua berasal dari keluarga yang sederhana yang berfasilitas sebuah motor tua. Dia semakin bingung, lalu mencoba untuk jalan-jalan menikmati indahnya pesisir pantai.
Duduk di tepi pantai, ditemani oleh gemuruh ombak yang bergema, sang gadis kemudian mencoba untuk mencari jawaban melalui hembusan angin yang mulai membelainya dengan nyaman. Tak begitu lama, dia dihampiri seorang kakek tua. Dia seorang pemulung yang sekaligus tukang bersih-bersih di daerah ini. "Nak, kamu kenapa, terlihat begitu bingung?" Tanya sang kakek.
Sang gadis pun menceritakan kegalauan yang menyelimutinya. Kakek tersenyum sambil menjawab" gitu aja ko' bingung nak" lanjut sang kakek kemudian memberikan wejangan kepada sang gadis. Nak, tidak perlu bingung dengan pilihan yang seperti itu. Ikuti kata hatimu, karena kata hati tak pernah salah. Kemewahan belum tentu bisa menggaransikan kebahagiaan. Kemewahan terkadang membentuk karakter yang keras, pemalas, angkuh, kurang pengertian dan tidak peka terhadap lingkungannya.
Akan tetapi sebaliknya, kesederhanaan dan keterbatasan akan membentuk karakter pejuang, pemberani, dan peka terhadap lingkungan disekitarnya. Karena itu, jangan jadikan kemewahan sebagai tolak ukur untuk menerimanya. Tetapi, lihatlah keberanian serta ketulusan hatinya. Sang gadis pun kembali dengan suasana hati yang bahagia, menemukan jawaban yang sudah pasti membuatnya bisa mengerti dan memahami pilihan yang tepat.
0 Response to "Cinta Diantara Pilihan"
Posting Komentar