Ayah Dan Kasih Sayangnya
Pulang kampung menjadi hal yang sangat menyenangkan bagi seorang perantau. Meskipun tak begitu lama namun tetap saja menjadi impian bagi setiap perantau untuk kembali ke kampung halaman. Sebagai anak petani, sudah menjadi tradisi memanfaatkan momen pulang kampung untuk membantu orang tua berkebun.
Yah, pulang kampung selama empat hari menjadi momen yang harus dimanfaatkan sebaik mungkin, agar tidak sekedar bersua dengan keluarga namun lebih dari itu, sekaligus bisa membantu orang tua. Namun, kali ini tidak mencapai target yang diinginkan.
Harusnya empat hari ini bisa dimaksimalkan, tetapi harus molor karena duka yang datang secara beruntun menimpa tetangga sekaligus keluarga. Hari pertama berkebun menjadi hari yang cukup mengasyikkan. Agendanya menanam, namun berubah karena buah merica sudah mulai memerah. Akhirnya, hari pertama berakhir dengan sekarung buah merica yang siap untuk diolah.
Memasuki hari kedua, suana di kebun tak seperti kemarin mulai sepi hanya berdua dengan bapak. Edisinya sama lanjut bergulat dengan buah merica.
Saat asyik memetik merica, tak sengaja dari balik daun melihat bapak memegang kayu sambil memukul ke semak. Akhirnya, saya berhenti sejenak sambil berteriak.
Kenapa pak ?
Tidakji, ini ada ular"
ular apa pak?
ular daun-daunji"
Ular daun merupakan ular yang tidak berbisa, postur kecil berwarna coklat bercampur hijau namun tak berbahaya. Akhirnya, saya mendekati beliau dan kaget melihat ular yang ada di depannya. Seekor ular berwarna hitam pekat dengan ukuran sebesar lengan tergeletak di depannya. Sambil tersenyum beliau kembali berkata " ular hitam".
Ular hitam merupakan ular yang sangat berbisa dan mematikan. Sedikit saja tergigit maka akan sulit untuk disembuhkan. Saya terdiam memandangi wajah beliau. Ternyata baru saja beliau dalam bahaya, namun tetap berusaha menyembunyikannya agar seorang anak tidak tahu dan tidak boleh tau. Aku yakin bahwa rasa takutnya pasti ada, namun kasih sayangnya masih terlalu besar hingga tak beliau tampakkan di depan anaknya. Meskipun harus berbohong agar anaknya tetap merasa aman dan jauh dari rasa takut. Sosok yang tak pernah berubah dari dulu hingga sekarang. Kasih sayang dan perhatiannya tak pernah berkurang meski anaknya sudah mulai dewasa.
Ayah yang sangat keren, lurbiasa dan sangat inspiratif. Hampir separuh hidupnya beliau habiskan untuk beradu dengan alam. Mencari rezeki halal dibawah teriknya mentari. Tak kenal panas ataupun hujan, yang beliau tau adalah bekerja dengan hati berusaha dengan ikhlas.
Rela menggadai kebahagiaannya hanya untuk membuat anaknya tersenyum. Begitu besar kasih sayang ayah. Karena itu, mari sayangi ayah, sanjunglah dia dengan rasa hormat, usaplah keringatnya dengan berbuat kebaikan, hapuslah dahaganya dengan bersedekah dan sholat. Kelak hanya itu yang bisa membuatnya yakin dan tersenyum lega bahwa dia telah berhasil menjadi seorang ayah.
Itu saja !
Yah, pulang kampung selama empat hari menjadi momen yang harus dimanfaatkan sebaik mungkin, agar tidak sekedar bersua dengan keluarga namun lebih dari itu, sekaligus bisa membantu orang tua. Namun, kali ini tidak mencapai target yang diinginkan.
Harusnya empat hari ini bisa dimaksimalkan, tetapi harus molor karena duka yang datang secara beruntun menimpa tetangga sekaligus keluarga. Hari pertama berkebun menjadi hari yang cukup mengasyikkan. Agendanya menanam, namun berubah karena buah merica sudah mulai memerah. Akhirnya, hari pertama berakhir dengan sekarung buah merica yang siap untuk diolah.
Memasuki hari kedua, suana di kebun tak seperti kemarin mulai sepi hanya berdua dengan bapak. Edisinya sama lanjut bergulat dengan buah merica.
Saat asyik memetik merica, tak sengaja dari balik daun melihat bapak memegang kayu sambil memukul ke semak. Akhirnya, saya berhenti sejenak sambil berteriak.
Kenapa pak ?
Tidakji, ini ada ular"
ular apa pak?
ular daun-daunji"
Ular daun merupakan ular yang tidak berbisa, postur kecil berwarna coklat bercampur hijau namun tak berbahaya. Akhirnya, saya mendekati beliau dan kaget melihat ular yang ada di depannya. Seekor ular berwarna hitam pekat dengan ukuran sebesar lengan tergeletak di depannya. Sambil tersenyum beliau kembali berkata " ular hitam".
Ular hitam merupakan ular yang sangat berbisa dan mematikan. Sedikit saja tergigit maka akan sulit untuk disembuhkan. Saya terdiam memandangi wajah beliau. Ternyata baru saja beliau dalam bahaya, namun tetap berusaha menyembunyikannya agar seorang anak tidak tahu dan tidak boleh tau. Aku yakin bahwa rasa takutnya pasti ada, namun kasih sayangnya masih terlalu besar hingga tak beliau tampakkan di depan anaknya. Meskipun harus berbohong agar anaknya tetap merasa aman dan jauh dari rasa takut. Sosok yang tak pernah berubah dari dulu hingga sekarang. Kasih sayang dan perhatiannya tak pernah berkurang meski anaknya sudah mulai dewasa.
Ayah yang sangat keren, lurbiasa dan sangat inspiratif. Hampir separuh hidupnya beliau habiskan untuk beradu dengan alam. Mencari rezeki halal dibawah teriknya mentari. Tak kenal panas ataupun hujan, yang beliau tau adalah bekerja dengan hati berusaha dengan ikhlas.
Rela menggadai kebahagiaannya hanya untuk membuat anaknya tersenyum. Begitu besar kasih sayang ayah. Karena itu, mari sayangi ayah, sanjunglah dia dengan rasa hormat, usaplah keringatnya dengan berbuat kebaikan, hapuslah dahaganya dengan bersedekah dan sholat. Kelak hanya itu yang bisa membuatnya yakin dan tersenyum lega bahwa dia telah berhasil menjadi seorang ayah.
Itu saja !
0 Response to "Ayah Dan Kasih Sayangnya"
Posting Komentar