Memimpin Tak Semudah Menyerumput Kopi

Karena menjadi pemimpin tak semudah mengobral janji di depan wanita. Yah, memang berat pak. Butuh kesabaran yang cukup untuk menghadapinya, jangan sampai terkecoh bisa-bisa bapak masuk dalam perangkap mereka !

Menjadi pemimpin di negeri ini, butuh kedamaian hati karena bapak tidak hanya melawan mafia, tetapi lebih dari itu, bapak harus siap menanggung beban hujatan dan cancian dari orang-orang yang tak paham arti menghargai dan mensyukuri. Semuanya abstrak bagi mereka, entah karena tak melihat ataukah alasan lain yang lebih logis dari hanya sekedar berbeda pilihan.

Semakin hari kebaikanmu semakin tak nampak baginya, kerja kerasmu seakan semu dan abstrak bagi mereka. Tapi sudahlah itu resiko yang bapak harus tanggung karena berani menjadi pemimpin di negeri ini. Aku akui pak bahwa diantara kebijakan bapak selama menjadi nahkoda di negeri ini, masih banyak yang kurang pas dan perlu perbaikan namun terlepas dari kebijakanmu yang lain sungguh mengagumkan bagiku.

Seperti halnya keberanianmu  membubarkan Petral, Kebijakanmu menenggelamkan kapal asing lewat tangan Ibu Susi, melakukan Tax Amnesty lewat tangan Ibu Sri Mulyani, memberantas tikus berdasi lewat tangan dingin KPK, ngotot membangun infrastruktur lewat tangan Pak Basuki, serta mengembalikan Freeport kepangkuan ibu pertiwi, dan banyak lagi pak yang tak bisa kusebut satu persatu. Tapi dibalik kesuksesanmu pak, saya percaya bahwa masih banyak kekurangan-kekurangan yang perlu perbaikan.  Namun, saya tidak mungkin menapikkan kebaikanmu apalagi menggadai rasa syukurku dengan hujatan dan cacian pak.

Tapi itulah pemimpin pak, tak mungkin bisa mengabulkan seluruh keinginan rakyatnya hanya dalam waktu empat tahun. saya percaya bahwa merubah negeri tak semudah mengobral janji yang tidak pasti, tak segampang mengajak kawan untuk ngopi di warkop. Semuanya butuh proses dan waktu yang cukup, namun jika niatnya baik maka percaya atau tidak saya yakin semuanya akan tercapai.

Percayalah pak,  saya tidak akan ikut mencaci maupun menghujat karena saya yakin menjadi pemimpin tak semudah mengajak wanita untuk berkencan di warung tentangga. Lagian agamaku tak pernah mengajarkanku untuk mencaci dan menghujat. Bahkan menganjurkanku untuk menutupi aib saudaraku jika memang ada.

Makanya jangan takut pak, diantara mereka yang tidak menyukaimu, masih ada aku yang selalu menghormati dan menghargai kerja kerasmu. Soal pilihan esok, aku belum bisa pastikan, tapi yakinlah bahwa pilihanku tidak akan salah karena aku memilih bukan sekedar ikut suara terbanyak, atau termakan hasut mereka, tapi aku harus objektif untuk menilai dan mengukur pilihan yang tepat lewat hati dan keyakinanku.

Tugasku sekarang bukan untuk berdebat, bukan memihak, bahkan memilih, tapi tugasku saat ini adalah menghargai dan menghormatimu sebagai pemimpin. Sehat terus pak dan terima kasih banyak atas kerja kerasnya.

Itu saja !

0 Response to "Memimpin Tak Semudah Menyerumput Kopi"

Posting Komentar