Perjalananku Hari Ini
Setelah dari sana, kami melanjutkan perjalanan menuju perintis dengan maksud mengunjungi beberapa tempat untuk menempel beberapa brosur dan spanduk di tempat-tempat yang berpotensi bisa dilihat oleh banyak orang. Dari beberapa lokasi yang kami cek di wilayah bagian perintis, kami hanya memasang satu spanduk dan menempel selembar brosur di sekitaran kampus Unhas, tepatnya pas dibelakang kampus depan rumah penduduk yang kebetulan memberi kami ijin untuk bisa memasangnya.
Meskipun awalnya ditolak karena disangka spanduk calon tertentu, wajar sih karena saat ini pas dengan momen politik. Namun setelah diperlihatkan ternyata beliau setuju, bahkan beberapa kali bertanya tentang asal produk terakhir ketika kami meninggalkan lokasi. Dapat pesan dari teman kalau suaminya berminat untuk memesan.
Setelah semuanya selesai, kami kembali melanjutkan perjalanan menuju Sudiang, namun dalam perjalanan beberapa kali kami harus singgah untuk mengantar pesanan madu, pemesan pertama masih berada di wilayah perintis. Tepatnya di sekitaran kantor imigrasi masih dalam wilayah perintis, sambil menunggu pemesan kami pun kembali membuka map dan mencari beberapa alamat yang dimaksud. Tak begitu lama, sang pemesan pun datang yang kebetulan beliau sudah kenal dengan kami karena ternyata beliau salah seorang relawan dari komunitas yang kami dirikan.
Karena tak memiliki uang yang cukup untuk kembalian, akhirnya sang pembeli menukarnya dengan membeli kue Buroncong istilah dalam bahasa bugisnya(mohon dimengerti jika penamaannya salah). Kami pun menikmati kuenya sambil ngobrol di emperan jalan pas di depan jejeran toko.
Setelah memakan beberapa lapis kue yang di tawarkan oleh sang pemesan, kami kembali melanjutkan perjalanan menuju Sudiang dan kembali singgah dibeberapa tempat untuk mengantar madu pesanan. Karena bingung dengan alamat pasti yang dikirim pemesan, akhirnya kami menggunakan petunjuk dari MAP, lagi-lagi petunjuknya akurat dan pasti.
Ternyata pemesan kali ini sangat cuek, tak ada suara hanya uluran tangan yang menyapa kami. Tak ada senyum apalagi salam yang kami tunggu, rumahnya berada dibelakang dengan akses jalan sempit jika diukur mungkin lebarnya tidak lebih dari 50 cm. diapik oleh tembok tinggi dikanan kirinya.
Lanjut ke Sudiang, awalnya kami tak mematuhi petunjuk dari MAP karena kami tadinya tau jalan kesana, namun setelah beberapa waktu kami kembali membuka MAP dan mengikuti petunjuknya untuk sampai di lokasi si pemesan. Ternyata beberapa kali kmai harus mutar arah karena petunjuk yang disampaikan kurang akurat, termasuk beberapa kali dapat jalan sempit, jalan buntu, dan ternyata petunjuk dari MAP kali ini membuat kami harus menempuh jalan yang cukup jauh karena menggiring kami melalui jalan perumahan yang berkelok. Namun akhirnya kami menemukan tempat tujuan.
Ternyata memang benar yah jika Sudiang itu sangat jauh, sempat saya bercerita ke teman jikalau seakan kami sudah sampai di Bantaeng, saking terasa jauhnya. Wajar jika banyak yang menganggap jika Sudiang itu tidak termasuk bagian dari Kota Makassar tapi masuk dalam kategori provinsi lain. wkwkwkwk.....
Ajakan untuk menikmati teh hangat plus kue putu pun kami terima, sambil menyerumput teh kami pun selingi dengan ngobrol dan sekali-kali tertertawa mendengar beberapa cerita unik dari teman-teman. Tak terasa malam semakin larut, sekiranya sekitar pukul 20.30 kami kembali dan menyempatkan waktu untuk singgah di belakang Pasar Daya untuk menitip produk disalah satu sanak keluarga kami. Lagi-lagi teh pucuk menjadi pembuka cerita kami. Dan berakhir dengan salam dan terima kasih.
Kami pun meninggalkan rumah om dan melanjutkan perjalanan menuju ke Tanjung Bunga untuk mengantar pesanan madu, karena mengikuti petunjuk dari om untuk melalui jalan baru, ternyata beberapa kali kami sempat kesasar, awalnya dapat jembatan yang ternyata diujungnya bukan jalan tapi kanal, terus berjalan beberapa detik dapat lorong buntu. Akhirnya tak berselang lama kami pun bisa keluar dan menemukan jalan poros.
Perjalanannya pun lancar, tak ada macet. Hingga sampai ke cendrawasih. Kami kembali membuka MAP dan mencari petunjuk dari alamat yang dikirim oleh pemesan. Ternyata kali ini MAP kembali mengerjai kami. Beberapa kali kami harus mutar balik karena mengikuti petunjuk darinya, akhirnya kami bertanya langsung dan petunjuk yang kami dapat kali ini sangat akurat. seketika kami bertemu dengan pemesan. Ucapan salam menjadi penutup kali ini.
Kami pun kembali dan menyempatkan singgah di Kedai, suasana sudah mulai sepi. Tak lagi terlihat obrolan disekitar kedai. Tak selang beberapa waktu kami meninggalkan kedai dan kembali ke rumah masing masing. inilah sekelumit cerita kami hari ini. Sebagai pesan sekaligus pelajaran hari ini.
Pertama, jangan terlalu percaya dengan petunjuk dari MAP jika merasa membingungkan lebih baik meminta petunjuk secara langsung dari orang-orang disekitar Anda. Kedua, memulai usaha itu memang sulit, sudah menjadi resiko untuk mengeluarkan tenaga dan pikiran agar bisa berkembang. Namun percaya saja bahwa setiap tetesan keringat yang dikeluarkan akan menghadirkan bulir-bulir balasan yang membahagiakan.
Itu saja !
0 Response to "Perjalananku Hari Ini"
Posting Komentar