Tai Kucing Rasa Coklat
Disela-sela kesibukan malam ini. Disamping menulis beberapa opini, saya melihat salah satu postingan di sosial media dan tertarik dengan salah satu komentar yang dibuat oleh sahabat saya. Entah karena terlalu fanatik dan cinta terhadap salah satu paslon sehingga menganggap orang lain yang tak sepaham dengannya.
Dungu, bodoh, bahkan berani mengatakan tak waras sudah menjadi kebiasaannya dalam setiap postingan dan komentarnya. Tapi mungkin seperti itulah karakternya, karena sikap dan prilaku sehari-hari katanya menjadi cerminan dari karakter seseorang. Bercanda doang !
Kali ini saya berbeda paham tentang makna dari kata dungu, bodoh, dan tak waras. Kata ini tidak tepat di pakai bahkan menjudge seseorang hanya karena perbedaan pilihan semata. Bahkan sebaliknya, bagi saya dungu atau tidak waras itu ketika memaksakan kehendak kita untuk diikuti orang lain, memprovokasi seseorang dengan cara menghakimi, menghujat atau bahkan mengkafirkan hanya karena tak sepaham.
Terus darimana dia bisa menjudge seseorang dengan istilah dungu hanya karena perbedaan pilihan. Disini saya mencoba menelusuri dengan membuka beberapa referensi, ternyata saya menemukannya. Referensi yang dia pakai ada dalam kamus cinta. "ketika cinta sudah melekat maka ta* kucing pun akan terasa coklat". Mungkin dia memakai ini. Hahahaha......
Makanya jika cinta jangan terlalu, jika sayang jangan berlebih. Karena endingnya tetap akan jadi kenangan yang esok bisa saja membuat akal sehatnya jadi dungu hanya karena tidak bisa membedakan antara cinta dan demokrasi.
Wkwkwkwk....
Itu saja !
Dungu, bodoh, bahkan berani mengatakan tak waras sudah menjadi kebiasaannya dalam setiap postingan dan komentarnya. Tapi mungkin seperti itulah karakternya, karena sikap dan prilaku sehari-hari katanya menjadi cerminan dari karakter seseorang. Bercanda doang !
Kali ini saya berbeda paham tentang makna dari kata dungu, bodoh, dan tak waras. Kata ini tidak tepat di pakai bahkan menjudge seseorang hanya karena perbedaan pilihan semata. Bahkan sebaliknya, bagi saya dungu atau tidak waras itu ketika memaksakan kehendak kita untuk diikuti orang lain, memprovokasi seseorang dengan cara menghakimi, menghujat atau bahkan mengkafirkan hanya karena tak sepaham.
Terus darimana dia bisa menjudge seseorang dengan istilah dungu hanya karena perbedaan pilihan. Disini saya mencoba menelusuri dengan membuka beberapa referensi, ternyata saya menemukannya. Referensi yang dia pakai ada dalam kamus cinta. "ketika cinta sudah melekat maka ta* kucing pun akan terasa coklat". Mungkin dia memakai ini. Hahahaha......
Makanya jika cinta jangan terlalu, jika sayang jangan berlebih. Karena endingnya tetap akan jadi kenangan yang esok bisa saja membuat akal sehatnya jadi dungu hanya karena tidak bisa membedakan antara cinta dan demokrasi.
Wkwkwkwk....
Itu saja !
0 Response to "Tai Kucing Rasa Coklat"
Posting Komentar