Modal Usaha Itu Bukan Uang Tapi Allah

Pagi ini kami bersiap untuk mengikuti pameran bersama dengan UMKM yang lain. Semua perlengkapan pun telah tersedia dan sudah terpack dalam kardus. Tinggal menunggu Kakak Heri dan kami pun berangkat. Satu buah kardus, satu buah box, dan beberapa stand banner lengkap dengan flayer mengiringi perjalanan kami pagi ini. Kami melalui jalur belakang samping mall GTC dengan pemandangan danau yang menarik disamping kanannya.

Mungkin kakak Heri rada lupa akan letak gedung CCC hingga jarak perjalanan kami pun bertambah. Kami harus mutar balik melewati jalur yang tadi, kami pun berbalik arah. Tak begitu lama sudah terlihat di depan sana stand yang berjejeran, kunjungan pun semakin berdatangan. Tujuannya mungkin bukan semata-mata karena pameran UMKM akan tetapi lebih cenderung karena ingin bertemu dengan salah satu paslon atau sang idola mereka karena acara ini pun menghadirkan beberapa artis ternama dari ibu kota.

Kami parkir motor pas di depan gedung, kakak Heri sudah mulai berjalan menelusuri lorong-lorong booth untuk menemukan tempat kami. Setelah kembali, sambil menyeka keringat di keningnya dia pun menyarankan untuk membawa motor ke depan booth, agar bawaan kami tak perlu di pikul. Meskipun hanya dua tempat tapi soal beratnya tak bisa diungkapkan dengan kata hati. Lebih berat dari sekedar mengajak anak gadis orang untuk nogkrong di warung kopi. Ijin dari panitia pun kami dapatkan.

Setelah sampai di depan booth, sudah nampak deretan produk yang beragam. Mulai dari minuman, kuliner, kue, kripik dan masih banyak lagi. Kebetulan kami bertetangga dengan penjual minuman disebelah kiri kami, penjual kripik dan masakan dangkot di samping kanan kami serta penjual kue dan nasi di depan kami. Masakan dangkot itu, masakan khas dari Palopo yang terbuat dari campuran ayam dan cabai, mirip dengan palekko kalau di kabupaten Sidrap dan Pinrang, namun masakan dangkot tidak sepedas palekko.

Spanduk menjadi prioritas utama yang kami kerjakan, pemasangan banner dan meletakan produk diatas meja sebagai aktifitas penutup. Setelah semuanya kelar, kami tinggal menunggu pengunjung untuk datang dan mencicipi manisnya madu alami yang disuguhkan. Ternyata kami juga baru tau dari salah satu pengunjung jika madu itu ada dua jenis, satunya jenis madu alami dan yang satunya lagi madu asli. Madu alami yaitu madu yang berasal dari lebah sedangkan madu asli yaitu madu yang bersumber dari anak orang yang telah disahkan lewat KUA.

Wkwkwkwkwkwk........ benar-benar gokil!

Pameran kali ini cukup sunyi, teman-teman yang lain pada menggerutuh. Meskipu pengunjung yang hadir banyak akan tetapi tak bisa menjangkau booth kami karena berada di pojok belakang yang tak dilalui oleh pengunjung. Ini kesalahan tekhnis yang dilakukan oleh panitia. Seharusnya pengujung diwajibkan untuk melalui semua booth sebelum masuk ke gedung bukan hanya melalui booth bagian depan yang dipenuhi oleh booth fasion katanya.

Tapi kami percaya rezeki sudah diatur dan tak mungkin tertukar, kami pun merasa nyaman dan santai saat ini. Kalau ada yang membeli produk kami berarti itulah rezeki kami tapi jika tidak berarti rezeki kami bukan hari ini tapi mungkin besok atau lusa. Seorang ibu berparas ayu dengan postur tubuh diatas ideal alias gemuk singgah di depan booth kami dan mencoba mencicipi produk yang kami tawarkan. Ternyata masih sebatas PHP karena janjinya entar akan membeli namun tak kunjung datang hingga kami pun bubar, lanjut dengan orang kedua, seorang anak dokter yang dari gaya dan tuturnya sedikit angkuh umurnya masih sangat muda jika di liat dari rautnya. Entah cuman untuk menguji yang jelas seakan beliau lebih paham produk kami dibanding kami yang sudah bergelut selama setahun dengan produk ini. pertemuan kami pun dengannya diakhiri dengan PHP yang katanya akan datang membeli setelah acara berakhir.

Tak berselang beberapa lama kami dikunjung oleh seorang brimob yang bertubuh kekar, kemudian mencoba mencicipi produk kami sambil ngobrol. Ternyata setelah di telusuri kami dari tanah kelahiran yang sama yakni Bulukumba hanya saja wilayahnya yang berbeda. Kurang lebih 1 jam berada di booth kami, sambil ngobrol banyak hal, sesekali beliau yang menawarkan produk kami kepada pengunjung yang lewat. Sejam ngobrol dengannya membuat kami mendapatkan banyak pelajaran darinya.

Belaiu berpendapat bahwa malu dan gengsi penyebab kegagalan seseorang dalam berwirausaha. Contohnya beliau, meskipun seorang aparat akan tetapi di waktu luangnya dimanfaatkan untuk menjual minuman kemasan di dua tempat yang dimiliki. Berada di Jl. Syekh Yusuf dan gerai satunya lagi berada di Jl. Abdul Kadir. Pertemuan kami pun berakhir dengan 2 kantong madu beragam jenis di tangannya.

Setelahnya ada beberapa pelanggan kami yang datang dan membeli untuk kesekian kalinya. Hingga ke pelanggan terakhir. Pelanggan yang membuat kami terkesima akan begitu banyak pelajaran yang kami dapatkan darinya. Beliau terbilang sukses dengan beberapa warung makan dimiliki di kota Makassar. Bahkan usaha kulinernya sudah tembus hingga keluar kota.

Ada satu hal yang menarik dan paling berkesan darinya” Modal usaha itu bukan uang tapi Allah”. Semua yang terjadi atas kehendak-Nya maka hadirkan Dia dalam usahamu. Dalam obrolannya, ada dua muara yang ingin disampaikan kepada kami. Yang pertama senantiasa mendekatkan diri kepada Allah dan kedua jangan takut bersedekah. Lebih menariknya lagi, karena karyawan yang dimilikinya wajib menunaikan Tahajjud ditiap malamnya jika bekerja dengannya.

Coba bayangkan betapa hebatnya beliau dalam meramu usahanya dengan keyakinannya yang kuat terhadap Penciptanya. Pertmuan kami pun dengannya berakhir dengan ajakan untuk berkunjung ke salah satu rumah makan yang dimilikinya, dengan tiga kantong madu beliau meninggalkan booth kami.

Itu saja !

0 Response to "Modal Usaha Itu Bukan Uang Tapi Allah"

Posting Komentar