Semangkuk Bubur Ayam
Pagi ini kami bertolak ke Syekh yusuf untuk sekedar berolahraga. Namun sesampai disana kami tak melakukan apa-apa selain jalan berkeliling untuk melihat dan menyaksikan ramainya jalan yang disesaki dengan pedagang, yang lagi sibuk menjajakan dagangannya. Semua jenis dagangan ada mulai dari berbagai jenis kuliner, pakaian, mainan, bahkan ikan kering.
Disini pedagang tidak stay sepanjang waktu seperti di pasar pada umumnya namun karena menempati badan jalan sehingga waktu untuk menjual hanya dari pukul 5 subuh hingga pukul 10 pagi. Kehadiran kami disini ditutup dengan semangkuk bubur ayam di warung mbak Sri lengkap dengan satu tusuk ampela ayam dan krupuk. Wah ternyata bubur disini memang enak dan ini pertama kalinya mencoba bubur ayam yang sudah lama kami sering dengar pengakuan dari teman-teman tentang rasanya yang enak dan luarbiasa.
Tak terasa langit terlihat gelap, rintik sudah mulai turun. Kami pun melanjutkan perjalanan menuju Parangloe, tempat yang cukup nyaman dikunjung untuk sekedar merefresh pikiran yang disaat jenuh melanda dengan riuhnya suasana kota.
Setelah sampai di tempat tujuan, kami disuguhkan dengan pemandangan yang menarik, di depan rumah terlihat buah rambutan yang sudah memerah, di samping rumah terlihat k’ Mus dan kawan-kawan yang lagi asyik memetik rambutan, di beranda rumah nak Diva lagi bermain bersama Lia dan di dapur terlihat seorang ibu yang lagi duduk sambil memasak. Sambil mengucap salam kami pun menyapanya dari balik pintu.
Hampir tiap minggu kami berkunjung kesini, untuk sekedar menghabiskan akhir pekan sekaligus mengunjungi keluarga yang sudah seperti saudara dan ibu. Berada di tempat ini seakan berada di kampung sendiri, di rumah sendiri. Karena pemilik rumah sudah seperti ibu sendiri. Kunjungan kami hari ini ditutup dengan sekantong rambutan sebagai ole-ole untuk d bawa kembali ke Makassar.
Itu saja !
Disini pedagang tidak stay sepanjang waktu seperti di pasar pada umumnya namun karena menempati badan jalan sehingga waktu untuk menjual hanya dari pukul 5 subuh hingga pukul 10 pagi. Kehadiran kami disini ditutup dengan semangkuk bubur ayam di warung mbak Sri lengkap dengan satu tusuk ampela ayam dan krupuk. Wah ternyata bubur disini memang enak dan ini pertama kalinya mencoba bubur ayam yang sudah lama kami sering dengar pengakuan dari teman-teman tentang rasanya yang enak dan luarbiasa.
Tak terasa langit terlihat gelap, rintik sudah mulai turun. Kami pun melanjutkan perjalanan menuju Parangloe, tempat yang cukup nyaman dikunjung untuk sekedar merefresh pikiran yang disaat jenuh melanda dengan riuhnya suasana kota.
Setelah sampai di tempat tujuan, kami disuguhkan dengan pemandangan yang menarik, di depan rumah terlihat buah rambutan yang sudah memerah, di samping rumah terlihat k’ Mus dan kawan-kawan yang lagi asyik memetik rambutan, di beranda rumah nak Diva lagi bermain bersama Lia dan di dapur terlihat seorang ibu yang lagi duduk sambil memasak. Sambil mengucap salam kami pun menyapanya dari balik pintu.
Hampir tiap minggu kami berkunjung kesini, untuk sekedar menghabiskan akhir pekan sekaligus mengunjungi keluarga yang sudah seperti saudara dan ibu. Berada di tempat ini seakan berada di kampung sendiri, di rumah sendiri. Karena pemilik rumah sudah seperti ibu sendiri. Kunjungan kami hari ini ditutup dengan sekantong rambutan sebagai ole-ole untuk d bawa kembali ke Makassar.
Itu saja !
0 Response to "Semangkuk Bubur Ayam"
Posting Komentar