Belajarlah Dari Tragedi Kajuruhan
Dunia sepakbola kita kembali berduka dengan adanya tragedi kerusuhan yang terjadi di stadion Kajuruhan disaat laga Arema vs Persebaya telah berlangsung pada pekan ke-11 liga 1.
Cukup disayangkan dengan adanya tragedi ini, yang mestinya bisa diredam ketika beberapa oknum dari suporter Arema tidak tersulut atas kekalahan yang menimpa club kesayangannya.
Inilah kekurangan kita, katanya bangsa beradap namun cara kita dalam menyelesaikan masalah masih sangat jauh dari kata adab. Masalah yang seharusnya tidak perlu terjadi akhirnya menelan korban yang cukup besar, menewaskan sekitar 131 jiwa.
Tragedi ini bahkan masuk sebagai tragedi terbesar kedua dalam sepakbola dunia, berada dibawah tragedi Stadion Nacional Peru yang menewaskan 328 orang pada babak kualifikasi olimpiade Tokyo tahun 1964.
Padahal dunia sepakbola kita saat ini lagi baik-baiknya. Tak hanya kita, bahkan negara-negara tetangga pun ikut memuji dan menyanjung perkembangan dunia sepakbola kita.
Apalagi setelah adanya rilis dari FIFA jika posisi sepakbola kita naik 3 peringkat setelah mengalahkan Curacao dalam FIFA Matchday beberapa hari lalu.
Bahkan tidak hanya sampai disitu, Timnas kita diberbagai level umur pun tidak mau ikut ketinggalan, memberikan tontonan yang sangat menghibur sekaligus membanggakan.
Namun apalah daya, nasi sudah terlanjur jadi bubur. Waktu tidak akan mungkin bisa diputar kembali agar tragedi ini bisa dicegah, yang diperlukan saat ini hanya berbenah, saling mengintropeksi diri agar kejadian serupa tidak terulang kembali. Cukup serahkan kepada pihak yang diberi wewenang untuk menuntaskan kasus ini, yang bersalah wajib diberi sanksi begitupun yang merasa paling benar wajib untuk mengintropeksi diri.
Aparat yang salah atas mal prosedur yang dilakukan dengan adanya penembakan gas air mata perlu untuk diberi sanksi, namun oknum dari suporter pun wajib untuk diusut tuntas. Cukup disayangkan ketika tragedi ini seolah-olah sepenuhnya menyalahkan aparat, namun oknum suporter pun yang jadi pematik keruhan ini harus bertanggungjawab.
Jika saja pihak suporter bisa menahan diri untuk tidak masuk ke lapangan setelah laga usai. Mungkin tragedi ini tidak akan terjadi. Olehnya itu, salah ketika bola liar ini hanya diarahkan ke aparat dan pihak suporter merasa tidak bersalah hingga seakan hanya jadi korban dalam tragedi ini.
Kita pun patut mensyukuri karena FIFA tidak memberikan sanksi berat akan tragedi kelam ini. Hanya memberikan support dan rekomendasi perbaikan untuk kemajuan sepakbola kita kedepan. Disinilah momen paling tepat untuk saling mengintropeksi diri, hindari untuk saling menyalahkan dan tetap solid dalam mendukung kemajuan dunia sepakbola kita.
Bagaimana pun juga, kita ini satu dalam simpul kebhinekaan. Jangan biarkan kebersamaan dan kekeluargaan kita terpecah dengan alasan apapun.
Opini saya,-
Majene, 09102022
0 Response to "Belajarlah Dari Tragedi Kajuruhan"
Posting Komentar