Bersua Di Warkop Enreco
Sore ini saya mengikuti sebuah bedah buku disalah satu warkop di Kota Makassar. Kalau tidak salah namanya warkop Enreco yang terletak disekitaran Tondopuli Raya bagian timur. Saya bersama dengan Pakdes, maaf jangan salah paham bukan kepala desa tapi hanya sebatas istilah yang sering ditautkan kepada salah seorang senior yang bernama Kanda Suardi. Jika ditanya saya pun tak bisa menjelaskan kenapa dipanggil dengan istilah seperti itu, silahkan tanyakan sendiri.
Tepat pukul 16.00, setelah sholat ashar kami pun berangkat dengan mengendarai sebuah motor metik yang berparas putih, berbekal google Map kami mencoba menelisik letak dari warkop yang dimaksud. Beberapa kali kami harus berputar hingga menemukan sebuah lorong berbatu, disamping kanan dan kirinya hanya nampak ruko tua yang seakan sudah tak berpenghuni. Pas di sudut jalan terlihat sebuah bangunan yang kokoh dan didepan lorong pun nampak sebuah angkot biru yang bermotif Doaremon.
Kami semakin bingung dengan petunjuk google Map, bukan karena google Map-nya yang salah hanya saja karena kami tak mampu membacanya dengan tepat. Akhirnya, kami memutuskan untuk memarkir kendaraan. Pakdes sudah mulai berjalan mendekati sosok lelaki tua yang lagi sibuk mendikte sebuah motor dihadapannya. Sambil tersenyum, dia pun menjelaskan dan menunjuk ke arah warkop yang kami tuju.
"Wah gila, bener-bener gila". pintaku dalam hati. Ternyata, tempat yang dimaksud terletak di poros jalan, yang sudah kami lewati beberapa menit yang lalu. Memang tak begitu nampak karena papan petunjuk nama warkopnya tak mencolok serta telah tertutupi oleh tumbuhan menjalar dibeberapa bagian tulisan.
Kami pun sampai di depan warkop. Kami memarkir kendaraan pas di depan, tepat di pinggir jalan dengan kondisi parkiran yang sangat sempit. Dari dalam warkop sudah nampak full, dibagian depan seorang pemateri yang mengenakan baju keki sudah mulai bercerita. Beliau adalah Sri Endang Sukarsih, kepala dinas pemuda dan olahraga Prov. Sul-Sel. Beliau di dampingi dengan beberapa pembicara dari background yang berbeda, yakni dari lembaga elSIM, Aktifis Perempuan, dan seorang penulis.
Sebut saja Kanda Andika Mappasomba, sosok sastrawan asal Bulukumba yang juga seorang penulis hebat yang sudah menerbitkan begitu banyak buku. Berharap kelak saya punya kesempatan untuk belajar dan bisa mendapatkan percikan ilmu dari beliau. Sosok yang selama ini kukagumi bukan karena parasnya yang tampan, tapi perjalanan hidupnya yang mengesankan, menggelitik dan terasa unik. Namun lebih dari itu, sekali berucap beliau seakan bisa menggetarkan relung hati yang paling dalam.
Maaf ini bukan tentang cinta yang mampu memecahkan gelas-gelas kaca, bukan pula maksud untuk memuji namun hanya sekedar meluapkan kekaguman. Sosok Inspiratif dari tanah Pinisi.Wkwkwkwkwk....
Sebagai seorang yang datang terlambat, pastilah merasa malu karena biasanya jadi perhatian. Apalagi yang saya temani seorang senior yang fenomenal dan sudah tak asing bagi penyelenggara. Dari kejauhan pas dibalik pintu kami sudah dijamu dengan senyum, disertai dengan ajakan untuk duduk dibagian depan.
Kakanda Jamal akhirnya memilih duduk disamping teman-teman yang lain, Kakanda Pakdes memilih duduk di dekat Speaker, dan pilihan saya harus duduk dibagian depan. Pas disamping moderator. Waduh, pilihan yang cukup sulit dengan kondisi pakaian yang hanya mengenakan kaos oblong lengkap dengan sendal eiger. Tapi biarlah, tak ada pilihan lain, paling tidak dengan begini porsi kamera dan lensa yang kudapat pastinya jauh lebih banyak dari mereka yang duduk berdesakan dibawah sana. Hahahaha....
Tujuh buah buku tergeletak dihadapanku, tepat disamping kiri mikrofon yang dipakai oleh sang moderator. Pengen memegangnya namun takut tanganku ditarik oleh sang moderator. Hingga ku hanya melirik dan berharap diantara salah satu bisa kumiliki. Tapi sayang, hingga acara usai semuanya ludes tak tersisa, ternyata harapan itupun sirna. Hahaha,,, direnggut oleh sang moderator yang tak kunjung menyebut namaku. Jahat........
Sambil duduk kami pun mendengar materi yang disampaikan oleh pemateri, ada yang bercerita tentang potensi pemuda, adapula yang bercerita tentang kehidupan pribadi, dan yang paling menarik ketika Kakanda Andika memberikan penjelasan tentang awal mulanya menulis buku yang berjudul Malewa" lelaki yang berjalan diatas air". Buku yang dari tadi menyita perhatianku, sebuah buku yang menarik dengan nuansa agama yang sangat kental dipoles dengan kata yang sederhana dan mudah dipahami oleh semua kalangan, terutama kaum Millenial.
Sebuah buku yang tidak hanya hadir sebagai deretan bacaan semata tapi mengandung unsur yang bisa membuat kita yakin akan arti sebuah sedekah, kekuatan sebuah doa dan keutamaan sebuah Sholawat. Allahummasalli Ala Sayidina Muhammad Waala Sayidina Muhammad. Hanya ini yang kutau karena sebenarnya, saya pun belum membaca keseluruhan isinya karena memang belum memilikinya.
Pastinnya penasaran kan dengan isi bukunya, silahkan berdoa sambil menghubungi kanda Andika semoga saja stoknya masih ada. wkwkwkw. Saya pun berharap begitu............
Akhirnya pertemuan kami kali ini pun berakhir seiring dengan suara adzan yang sudah mulai menggema. Dengan ucapan terima kasih kami pun meninggalkan tempat ini.
Itu saja !
Tepat pukul 16.00, setelah sholat ashar kami pun berangkat dengan mengendarai sebuah motor metik yang berparas putih, berbekal google Map kami mencoba menelisik letak dari warkop yang dimaksud. Beberapa kali kami harus berputar hingga menemukan sebuah lorong berbatu, disamping kanan dan kirinya hanya nampak ruko tua yang seakan sudah tak berpenghuni. Pas di sudut jalan terlihat sebuah bangunan yang kokoh dan didepan lorong pun nampak sebuah angkot biru yang bermotif Doaremon.
Kami semakin bingung dengan petunjuk google Map, bukan karena google Map-nya yang salah hanya saja karena kami tak mampu membacanya dengan tepat. Akhirnya, kami memutuskan untuk memarkir kendaraan. Pakdes sudah mulai berjalan mendekati sosok lelaki tua yang lagi sibuk mendikte sebuah motor dihadapannya. Sambil tersenyum, dia pun menjelaskan dan menunjuk ke arah warkop yang kami tuju.
"Wah gila, bener-bener gila". pintaku dalam hati. Ternyata, tempat yang dimaksud terletak di poros jalan, yang sudah kami lewati beberapa menit yang lalu. Memang tak begitu nampak karena papan petunjuk nama warkopnya tak mencolok serta telah tertutupi oleh tumbuhan menjalar dibeberapa bagian tulisan.
Kami pun sampai di depan warkop. Kami memarkir kendaraan pas di depan, tepat di pinggir jalan dengan kondisi parkiran yang sangat sempit. Dari dalam warkop sudah nampak full, dibagian depan seorang pemateri yang mengenakan baju keki sudah mulai bercerita. Beliau adalah Sri Endang Sukarsih, kepala dinas pemuda dan olahraga Prov. Sul-Sel. Beliau di dampingi dengan beberapa pembicara dari background yang berbeda, yakni dari lembaga elSIM, Aktifis Perempuan, dan seorang penulis.
Sebut saja Kanda Andika Mappasomba, sosok sastrawan asal Bulukumba yang juga seorang penulis hebat yang sudah menerbitkan begitu banyak buku. Berharap kelak saya punya kesempatan untuk belajar dan bisa mendapatkan percikan ilmu dari beliau. Sosok yang selama ini kukagumi bukan karena parasnya yang tampan, tapi perjalanan hidupnya yang mengesankan, menggelitik dan terasa unik. Namun lebih dari itu, sekali berucap beliau seakan bisa menggetarkan relung hati yang paling dalam.
Maaf ini bukan tentang cinta yang mampu memecahkan gelas-gelas kaca, bukan pula maksud untuk memuji namun hanya sekedar meluapkan kekaguman. Sosok Inspiratif dari tanah Pinisi.Wkwkwkwkwk....
Sebagai seorang yang datang terlambat, pastilah merasa malu karena biasanya jadi perhatian. Apalagi yang saya temani seorang senior yang fenomenal dan sudah tak asing bagi penyelenggara. Dari kejauhan pas dibalik pintu kami sudah dijamu dengan senyum, disertai dengan ajakan untuk duduk dibagian depan.
Kakanda Jamal akhirnya memilih duduk disamping teman-teman yang lain, Kakanda Pakdes memilih duduk di dekat Speaker, dan pilihan saya harus duduk dibagian depan. Pas disamping moderator. Waduh, pilihan yang cukup sulit dengan kondisi pakaian yang hanya mengenakan kaos oblong lengkap dengan sendal eiger. Tapi biarlah, tak ada pilihan lain, paling tidak dengan begini porsi kamera dan lensa yang kudapat pastinya jauh lebih banyak dari mereka yang duduk berdesakan dibawah sana. Hahahaha....
Tujuh buah buku tergeletak dihadapanku, tepat disamping kiri mikrofon yang dipakai oleh sang moderator. Pengen memegangnya namun takut tanganku ditarik oleh sang moderator. Hingga ku hanya melirik dan berharap diantara salah satu bisa kumiliki. Tapi sayang, hingga acara usai semuanya ludes tak tersisa, ternyata harapan itupun sirna. Hahaha,,, direnggut oleh sang moderator yang tak kunjung menyebut namaku. Jahat........
Sambil duduk kami pun mendengar materi yang disampaikan oleh pemateri, ada yang bercerita tentang potensi pemuda, adapula yang bercerita tentang kehidupan pribadi, dan yang paling menarik ketika Kakanda Andika memberikan penjelasan tentang awal mulanya menulis buku yang berjudul Malewa" lelaki yang berjalan diatas air". Buku yang dari tadi menyita perhatianku, sebuah buku yang menarik dengan nuansa agama yang sangat kental dipoles dengan kata yang sederhana dan mudah dipahami oleh semua kalangan, terutama kaum Millenial.
Sebuah buku yang tidak hanya hadir sebagai deretan bacaan semata tapi mengandung unsur yang bisa membuat kita yakin akan arti sebuah sedekah, kekuatan sebuah doa dan keutamaan sebuah Sholawat. Allahummasalli Ala Sayidina Muhammad Waala Sayidina Muhammad. Hanya ini yang kutau karena sebenarnya, saya pun belum membaca keseluruhan isinya karena memang belum memilikinya.
Pastinnya penasaran kan dengan isi bukunya, silahkan berdoa sambil menghubungi kanda Andika semoga saja stoknya masih ada. wkwkwkw. Saya pun berharap begitu............
Akhirnya pertemuan kami kali ini pun berakhir seiring dengan suara adzan yang sudah mulai menggema. Dengan ucapan terima kasih kami pun meninggalkan tempat ini.
Itu saja !
0 Response to "Bersua Di Warkop Enreco"
Posting Komentar