Menunggu Di Depan Toko

Kemarin malam sehabis berbuka langsung menuju Kedai untuk mengantar madu ke salah satu pemesan yang alamatnya cukup jauh dari Kedai. Tepatnya disebelah timur kota Makassar. Saya berangkat bersama Heri, teman yang seperjuangan dalam merintis usaha ini. Setelah menikmati 2 buah jalangkote yang tergeletak diatas meja kami pun berangkat.

Suasana di jalan masih sangat sepi, kendaraan sangat jarang ditemui, tidak seperti biasanya yang penuh sesak dengan kendaraan berbagai merek. Mungkin karena orang-orang belum beranjak dari tempat makannya, kendaraan pun masih nampak ramai terparkir di depan warung-warung di sepinggiran jalan.

Suasana sekitar sangat berbeda, bahkan jauh lebih ramai dari suasana di Alauddin dan sekitarnya. Disepinggiran jalan dipenuhi dengan penjual pakaian, barang campuran, dan berbagai macam jualan lain. Wajar di bulan suci ramadhan memang terkadang penjual musiman pada bermunculan bahkan jumlahnya 2 hingga 3 kali lipat dari hari-hari biasanya. Mereka semua bukan hanya bermaksud mencari keuntungan semata tapi mencari berkah dibulan ramadhan.

Tidak lebih dari 30 menit kami pun sampai dan berhenti pas di depan sebuah toko, tak perlu ku sebut nama tokonya yang pasti sangat terkenal karena toko yang sejenis hampir ada di setiap sudut jalan yang saat ini pun sudah mulai menjalar ke daerah bahkan sampai ke desa-desa.

Tak menunggu lama kami pun mengkonfirmasi ke sang pemesan melalui pesan Whatsapp jika kami sudah berada di alamat yang di maksud. Namun tak serta merta pemesan datang menemui kami dengan alasan sang suami belum sampai rumah hingga harus menunggu kedatangannya sebelum menemui kami. 10,20,30 menit sudah berlalu namun tetap saja belum bisa menemui kami. Handphone yang kami bawa pun sudah mulai lowbat hingga mengharuskan kami untuk menghubungi sang pemesan lewat sambungan telepon.

Kami sempat berputus asa dan memilih untuk pulang. Namun suara adzan dari mesjid sebelah sudah mulai menggema. Kami pun bergegas menuju mesjid untuk menunaikan sholat isya. Wah, memandang mesjid ini dari depan ibarat memandang wajah sang istri berbalut gaung sang bidadari. Sangat indah, cantik dan mengagumkan. Bukan hanya ornamennya yang menawan namun berbagai lampu yang ada disekitarnya membuat tampilannya sangat ilegan dengan balutan lantai kramik berwarna coklat berpadu dengan putih dengan model bangunan dari timur tengah. Pokoknya saya terpesona dengan keindahannya.

Setelah sholat isya, kami tak melanjutkan untuk sholat tarawih karena takutnya sang pemesan sudah ada dilokasi. Katanya pak Ustazd, tarawih itu sunnah namun janji itu wajib untuk ditepati sehingga mengharuskan mendahulukan yang wajib dibanding yang sunnah. Ini kata Pak ustazd dari mimbar kemarin malam.

Kembali ke depan toko, namun lagi-lagi belum datang. Kami pun akhirnya memutuskan untuk kembali menghubungi sang pemesan dan akhirnya diangkat oleh sang suami yang dengan suara pelan berbalut logat jawa kemudian meminta untuk ditunggu beberapa menit lagi.

Tak begitu lama, seorang gadis berparas ayu berbalut kaos berwarna coklat lengkap dengan celana jens muncul dari samping toko, kemudian tersenyum dan perlahan-lahan mendekati kami sambil berucap maaf sekaligus menyodorkan uang melalui tangan kanannya. Kami pun membalasnya dengan ramah sambil membalas dengan ucapan terima kasih.

Pelajaran yang dapat kami petik malam ini, bahwa ternyata dalam kondisi apapun kita harus tetap sabar dan ikhlas untuk menerimanya, sekalipun seseorang membuatmu harus menunggu dengan menghabiskan waktu yang cukup lama. Jika malam ini kami tak bersabar sedikir saja maka mungkin saja akan kembali tanpa hasil. Inilah skenario yang sudah diatur oleh Sang Maha Pemberi untuk menguji kesabaranmu. Karena sesungguhnya yang bertahanlah yang akan jadi pemenang.

Itu saja !

0 Response to "Menunggu Di Depan Toko"

Posting Komentar