11 Hari Di Kampung Halaman

Sebagai orang perantau, kata yang paling di rindukan disetiap waktu yakni "PULANG". Sehebat dan sesukses apapun di negeri orang, pastinya pulang menjadi salah satu hal yang paling dinantikan disetiap waktu.

Kali ini saya dan istri memilih untuk pulang ke kampung halaman disela-sela aktifitas istri yang padat sebagai abdi negara. Meskipun seharusnya sang istri harus stanby di tempat untuk menjalankan tugas dan fungsinya.

Tadinya, kami sudah memutuskan memilih lebaran di Majene karena tak ada libur, kami sudah menyampaikan ke keluarga akan hal ini dan mereka pun memaklumi. Mereka tau sebagai abdi negara maka sudah selayaknya tugas itu menjadi kewajiban yang perlu untuk dijunjung tinggi.

Rasa sedih pasti ada, maklumlah ini akan menjadi momen pertama kalinya lebaran jauh dan tidak bersama keluarga. Semua perantau pasti tau rasanya berada di posisi ini. Tapi itulah resiko dari setiap pilihan, bukan berarti lebih memilih kerjaan daripada keluarga, namun diluar dari ini ada hal yang perlu ditunaikan sebagai tanggungjawab dalam menjalani hidup.

Harapan kami begitu besar untuk tetap bisa merasakan sholat Ied berkumpul bersama keluarga, namun ternyata tak disangka doa-doa itupun terijabah. 

Beberapa hari sebelum lebaran, sang istri ternyata dapat surat dibebastugaskan dari instansi terkait untuk mengikuti sebuah agenda yang ternyata dilaksanakan secara daring. Sangat menggembirakan bagi kami, disamping bisa melaksakan tugas sebagai abdi, pun bisa melaksanakan sholat Ied bersama keluarga.

Akhirnya kami memilih pulang ke Makassar, menyelesaikan beberapa agenda penting di Makassar, kemudian 3 hari sebelum lebaran melanjutkan perjalanan menuju kampung halaman lewat jalur Camba, Maros menuju Sinjai. Tadinya, kami sepakat akan mencoba melewati jalur Malino, Gowa. Agar bisa menyaksikan keindahan kota Malino yang sudah lama kami tak kunjungi.

Namun nasib berkata lain, entah kenapa, si putih menuntun kami hingga sampai ke Maros. Kami pun bingung, tadinya mengambil jalur arah menuju Pattalassang, Gowa namun kami sampai di Moncongloe, Maros.

Di persimpangan jalan kami berhenti sejenak sambil berdiskusi kecil, Kami putuskan untuk mengambil jalur Camba karena sudah terlanjur berada di daerah Maros. Yah, kami pun melanjutkan perjalanan hingga tiba di Sinjai sekitar pukul 10.00 lewat.

Dari depan rumah sudah terlihat beberapa adik tersenyum bahagia melihat kedatangan kami, berteriak gembira ke dalam rumah, ibu dan bapak pun menyambut dengan ramah di ruang tamu. Sejenak bersalaman sambil bercerita lepas. 

Tak banyak kunjungan kali ini, hanya mengunjungi rumah Tante yang jaraknya tak begitu jauh dari rumah orang tua. Selebihnya, banyak menghabiskan waktu bersama, sembari di sore hari memilih untuk memancing di tambak belakang rumah. Maklumlah rumah mertua berada di daerah pesisir sehingga dibelakang rumah terjuntai tambak yang begitu luas, meskipun bukan milik kami namun pemiliknya pun memberikan izin untuk sekedar memancing.

3 hari kami menghabiskan waktu di Sinjai, kami kembali melanjutkan perjalanan menuju Bulukumba. Mendung dan rintik hujan menghiasi perjalanan kami pagi ini, untung saja jaket hujan masih saja setia menemani, memberikan kehangatan disela-sela rintik dan tiypan angin yang begitu dingin.

Suasana jalan begitu sepi, tak banyak aktifitas warga disepanjang jalan. Mungkin karena masih pagi, ataupun rintik hujan yang membuatnya malas menanggalkan selimut.

Tak terasa sampai juga di depan rumah, terlihat raut wajah ibu yang sangat gembira. Melihat anaknya datang, sehingga bisa merasakan sholat ied bersama seperti pada momen-momen lebaran sebelumnya.

8 hari kami menghabiskan waktu di Bulukumba, banyak kunjungan yang dilakukan, mulai dari berkunjung ke rumah nenek dan beberapa keluarga lain di kindang, mengunjungi rumah sahabat di Bontotiro sambil menikmati dinginnya air di permandian hila-hila, atau sering diistilahkan sumur panjang yang letaknya tidak jauh dari makam Dato Tiro. Serta beberapa kali berkunjung ke rumah kakak di kota Bulukumba.

Sabtu pagi, kami meninggalkan kampung halaman kembali ke Majene untuk melaksakan rutinitas seperti biasa.

0 Response to "11 Hari Di Kampung Halaman"

Posting Komentar