Lagi Sedang Tak Baik

Saya merasa beberapa tahun terakhir ada perubahan pola hidup yang sangat signifikan. Mungkinkah ini dampak dari pengaruh globalisasi atau memang sudah menjadi hukum alam akibat dari adanya pergeseran zaman menuju tekhnology serba canggih dan modern.

Coba kita telisik dari segi pola hidup yang dulunya masih pola jadul kini telah berubah menjadi serba instan.  Jika dulu untuk melakukan sesuatu saja harus dengan usaha dan berkunjung, kini  semua telah tersaji hanya dalam satu genggaman. 

Coba bayangkan begitu dahsyatnya pengaruh tekhnology!

Segala kebutuhan bisa terpenuhi tanpa harus keluar dari rumah, mulai dari kebutuhan makanan, pakaian, jasa ojek semua sudah tersaji dalam satu aplikasi yang bisa di akses hanya dengan bermodalkan data dan jempol.

Coba kita bayangkan betapa kerennya dunia saat ini. Saking kerennya hingga kadang lupa waktu dan sulit membedakan antara waktu isya dan waktu subuh.

Jika di telisik dari sisi efisiensi memang sangatlah baik karena sangat memudahkan dalam segala hal.

Namun jika di lihat dari sisi yang lain, apakah tidak berdampak pada perilaku negatif. Karena akan berpengaruh pada meningkatnya rasa malas yang berlebih, tak hanya sampai disini. Parahnya lagi, karena bisa saja pola ini menciptakan perilaku antisosial dan semakin menebalkan sekat antara aku, kau, dia, dan mereka. Akibat dari terbatasnya ruang sosialisasi. 

Bahkan, saya sendiri pun sudah mulai merasa telah terjarah oleh kebiasaan ini dan rasa-rasanya sudah mengarah pada perilaku yang negatif karena merasa sudah mulai ketergantungan. 

Dimana pun berada terasa hampa dan tak lengkap rasanya tanpa gedget di tangan. Sampai-sampai dunia terasa tak asyik tanpa itu. Bukankah ini salah satu contoh jika pengaruh gedget tak lagi baik karena sudah mulai memenjara perasaan. 

Kini gedget sudah menjadi kebutuhan primer yang jauh lebih penting dari sekedar makan dan tidur. 

Belum lagi kehadiran sosial media yang semakin menambah runyam ruang hidup keluarga. Dulunya asyik nongkrong di depan tv bareng bapak dan ibu, sambil melihat tayangan RCTI OK yang muncul dari sebuah gubuk bambu di tengah sawah.

Kini malah berganti dengan tayangan-tayangan nyeleneh yang tak tau apa maknanya. Joget-joget tak jelas depan kamera untuk dapat saweran donat, mandi lumpur tengah malam hanya agar dapat paus, hingga sampai-sampai jalan tak tentu arah hanya sekedar berharap dapat saweran mawar. 

Tapi harus diakui jika kehadiran sosial media pun memiliki peran yang sangat istimewa sebagai media komunikasi. Sehingga kita bisa saling menyapa tanpa harus bertemu, bercanda bareng keluarga tanpa harus saling mengunjungi dan menyapa mantan tanpa harus ketahuan.

Tapi, tetap harus berhati-hati karena rasa yang pernah ada akan sangat mudah untuk kembali sekalipun hanya sebatas iseng dan canda belaka. Bahkan ingatan tentang mantan kadang jauh lebih kuat dari pada ikatan cinta yang sedang melingkar di jari manis.  

Waduh, kenapa arahnya kesini !

Namun coba kita bayangkan dari sisi yang lain. Malah kehadiran sosial media saat ini, tak lagi sepenuhnya di pakai sebagai media komunikasi. Namun lebih dari itu, malah seakan sudah mulai di gunakan untuk saling memamerkan, saling menghujat, dan saling menyalahkan. 

Makanya tak jarang ditemukan mereka yang konon dirinya mencari nafkah, tetapi tak sadar jika dia sedang menggadaikan harga dirinya. Jadi jangan heran, jika saat ini sepotong donat dan sekuntum bunga mawar jauh lebih tinggi nilainya daripada sebuah harga diri. 

Tapi sudahlah, mungkin memang sudah jamannya. Tapi kalau boleh memilih, ingin rasanya kembali ke masa itu. Duduk bersama diatas gubuk bambu yang sudah mulai kusam terjarah usia, bareng bersama keluarga di temani dengan merdunya suara-suara jangkrik dari balik dinding tua.

Majene, 25092024

0 Response to "Lagi Sedang Tak Baik"

Posting Komentar